Hai!!!!
It’s been so long ya gak nulis lagi di blog. Well, too much activity kinda bring me to a bad mood situation for wrtting in a blog. Kebetulan bulan ini, bulan Januari yang lebih banyak dikenal dengan bulan banjir se-tanah air.
Well, gw ga mau nulis soal banjir dari A-Z, tapi… soal dingin nya udara yang mengingatkan gw akan perjalanan di Australia beberapa tahun yang lalu. It’s just a short visit to the kangaroo country, only 5 days but remind me about happiness that I felt that time.
The journey was in August 2009. As we know that, that time Australia is in winter season. For most people in Indonesia, it will be a disaster if you don’t wear clothes that suit for the season. So, mulai lah gw berburu baju hangat yang bisa menyelamatkan gw dari dinginnya suhu disana. Karena memang belum pernah kesana, jadi ga tahu pasti mengenai suhu extream nya. Bahaya nih! Gw sama sekali ga tahan yang namanya udara dingin. Preparation berlanjut ke mall yang menjual baju hangat. Nyokap gw nyuruh beli sweater woll, cukup membantu. Tapi gw melirik purple coat yang agak modis. Jadilah gw beli coat itu dengan harga yang lumayan bikin manyun nyokap. Sorry deh, mak! Demi anaknya ga kedinginan, dapet lah approval dari bokap selaku yang empunya kas rumah tangga.
Beruntungnya, dalam perjalanan kali ini gw harus singgah di dua kota, Sydney & Canberra. Take off malam hari dari Soekarno-Hatta Airport
Landed pagi hari di Sydney.
Karena ini perjalanan dengan “kampus tercinta”, jadilah gw mengikuti schedule yang ada. Tiba di hari minggu, membuat kami semua yg memang mayoritas nasrani sudah jauh-jauh hari masukin schedule untuk gereja pagi di Sydney. Yes, we went to Hillsong Church in Sydney in a windy situation. Mulai berasa gigi beradu karena dinginnya suhu, tapi tetap semangat untuk menjalani setiap pengalaman yang ada, dimulai dengan bersyukur kepada Sang Khalik untuk penyertaan selama perjalanan Jakarta-Sydney.
Then, I found that I can handle this temperature. Dengan sok asyiknya menikmati angin dingin Sydney, mulai menjajaki pelataran The Opera House. I can’t believe that I was standing in front of the landmark of Sydney. I thought it was a dream. Sometimes, dream comes true… 🙂
Karena Opera House ini berdekatan dengan Harbour Bridge, dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan langsung aja capture beberapa foto yang gw anggap agak lain dibanding teman-teman seperjalanan. Meski ada edit-an sedikit.
Dari dua landmark ternama Sydney ini, kami melanjutkan perjalanan untuk Brunch. Gw lupa tepatnya lokasinya dimana, tapi ini di tengah kota karena banyak lalu-lalang transportasi umum juga mobil pribadi, yang kalau menurut gw cenderung sepi untuk kota sebesar Sydney. Atau mungkin karena ini hari Minggu pagi, penduduknya bisa saja masih terlelap & terbungkus selimut rapat. Ya kan?!
Niatnya sih cuma mau foto sendirian tapi ya, tiba-tiba munculah tanpa diundang kedua junior yang narsis. Hihihi… maaf ya Vit, Ruth.
Well, we did so much fun that day. Sampai niat juga foto sama local people. Dan untungnya Ibu Bule ini ga keberatan sama sekali lho, malah dia memberika senyuman yang lebar. Makasih madame…
Then, here we go to Canberra. Kenapa buru-buru keluar Sydney? Ya, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Kami mengikuti jadwal kampus. Ya mau ga mau, harus berpisah sebentar dengan Sydney si kota cantik. Toh nanti pulang ke Jakarta nya juga lewat Sydney lagi. Kami naik bus yang telah di sewa oleh tour dari Jakarta yang ternyata sama lho seperti di Jakarta, sistem setir kanan. Ya inilah hasil adaptasi penjajahan Jepang & Inggirs. Inggris? Bingung? Coba deh googling, kita pernah kok dijajah Inggris. Ingat Thomas Stamford Raffles donk, Gubernur Jendral Hindia Belanda, juga sebagai perintis berdirinya Kebun Raya Bogor. Wah, daripada melantur terlalu jauh. Ini foto yang gw ambil dari bangku penumpang. Kelihatan si pak supirnya lagi asyik nyetir.
Sepanjang perjalanan Sydney – Canberra, kami disuguhi bentang alam khas Australia: Padang rumput, sapi/domba/biri-biri, juga savanna. Karena perjalanan cukup panjang, kalau ga salah sekitar 5-6 jam, maka tiada kata lain selain menikmati alam. Ya kan?!
Sempat berhenti di rest area juga. Anehnya tempat ini ga seperti rest area tol di Indonesia yang ramai dengan toko, SPBU, warung makan. Tapi….sepi…. hanya ada toilet. Sayangnya saat itu, tissue nya juga habis. Hiks…
Well, i’ll keep my story in the next writting. Journey in Canberra.
To be continue…
Recent Comments